EKSISTENSI SANTRI SEBAGAI PENCERMINAN MORAL NABI
Eksistensi
Santri sebagai Pencerminan Moral Nabi
oleh : Khoirudin (Semester V)
Santri merupakan individu yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan Islam,
yaitu pondok pesantren. Dalam lingkungan ini, moralitas sangat dijunjung
tinggi, di samping penekanan pada penguasaan ilmu pengetahuan. Perpaduan antara
keduanya mencerminkan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad
SAW sangat menekankan pentingnya moral dalam kehidupan umatnya. Sebagaimana
disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
"إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ"
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Hadis ini
menunjukkan bahwa Nabi diutus oleh Allah SWT dengan misi utama untuk
menyempurnakan akhlak umat manusia. Hal ini ditegaskan pula dalam Al-Qur’an,
surat Al-Ahzab ayat 21:
"لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ..."
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu..."
Ayat ini memperlihatkan bahwa Rasulullah adalah figur teladan yang ideal,
dan oleh karena itu, santri sebagai penerus nilai-nilai Islam harus meneladani
akhlak beliau, seperti kejujuran, kesederhanaan, kedamaian, dan kasih sayang.
1.
Keteladanan Nabi dalam Kehidupan Santri
Nabi Muhammad SAW dengan gelarnya sebagai uswatun hasanah (teladan
yang baik) menunjukkan betapa pentingnya moralitas (akhlakul karimah). Dakwah
beliau tidak hanya berupa penyampaian wahyu, tetapi juga melalui praktik
langsung kehidupan yang sarat akan keindahan akhlak. Prinsip ini menjadi
landasan utama dalam pembinaan santri melalui proses tarbiyah amaliyah
di pondok pesantren.
a) Kejujuran
dan Amanah
Sifat jujur adalah karakter utama Nabi Muhammad SAW, yang bahkan dijuluki
"Al-Amin" oleh masyarakat Mekah. Santri pun diajarkan untuk
menjunjung tinggi kejujuran dalam segala aspek kehidupan. Nabi bersabda:
"عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ
الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ"
"Hendaklah kamu bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada
kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga."
(HR. Bukhari dan Muslim)
b)
Kesederhanaan
Rasulullah hidup dalam kesederhanaan, meskipun dikelilingi oleh para
sahabat yang kaya raya seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Ia
tidak meminta kekayaan kepada Allah, meskipun doanya pasti dikabulkan.
Kesederhanaan ini pula yang menjadi ciri khas kehidupan santri, yang dilatih
untuk mandiri dan hidup terbatas dalam segala hal. Hal ini justru menjadi
sarana pembentukan karakter tangguh dan bersahaja.
c) Kasih
Sayang dan Kepedulian
Rasulullah adalah pribadi yang penuh kasih sayang dan kepedulian terhadap
umatnya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an, surat At-Taubah ayat 128:
"لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ..."
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin."
Nilai ini tercermin dalam kehidupan santri yang terbiasa menolong sesama,
saling peduli dalam berbagai situasi, serta menjunjung tinggi nilai saling
menghormati dan menyayangi antarsesama.
2. Peran
Pondok Pesantren dalam Membentuk Moralitas
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia
yang berfokus pada pembinaan moral dan akhlak mulia. Pendidikan yang diterapkan
tidak hanya berbasis teori, tetapi juga praktik melalui amaliyah yang
berkesinambungan. Materi seperti kutub al-turats (kitab kuning) menjadi
rujukan utama, diiringi dengan pembiasaan perilaku Islami seperti shalat
berjamaah, adab berbicara, hingga kebiasaan membaca doa sebelum beraktivitas.
3. Santri
sebagai Agen Perubahan di Tengah Masyarakat
Santri bukan hanya pelajar agama, tetapi juga agen perubahan sosial yang
memiliki tanggung jawab moral di tengah masyarakat. Dengan bekal ilmu dan
akhlak yang diperoleh di pesantren, santri diharapkan mampu memberikan solusi
atas berbagai tantangan sosial. Di era modern ini, dakwah tidak hanya dilakukan
secara langsung, tetapi juga melalui media sosial sebagai sarana penyebaran
nilai-nilai Islam secara luas dan kreatif.
4. Kesimpulan
Santri adalah refleksi dari ajaran moral Nabi Muhammad SAW. Melalui pembinaan di pesantren, mereka ditempa untuk memiliki akhlak mulia seperti kejujuran, kesederhanaan, kasih sayang, dan kepedulian sosial. Dengan demikian, santri tidak hanya menjadi insan yang religius secara personal, tetapi juga agen perubahan yang berkontribusi aktif bagi masyarakat. Oleh sebab itu, peran pondok pesantren sebagai pusat pembentukan karakter mulia harus senantiasa dijaga dan diperkuat demi mencetak generasi yang cerdas secara intelektual dan luhur dalam akhlaknya.

Komentar