AKU, DIMASA SEKARANG DAN MASA YANG AKAN DATANG
Oleh: Avin Atika Rahmadani_Sem.I
Globalisasi adalah proses mendunia segala aspek
kehidupan. Aspek tersebut meliputi segala pencapaian yang harus diikuti
perkembangannya oleh seluruh umat manusia yang menghuni bumi ini.
Berbicara mengenai
globalisasi faktor penting yang menjadi acuan adalah adanya dampak yang
mengelaborasi terhadap diri manusia itu sendiri. Kebijakan publik yang
menggema di media saat ini adalah booming-nya istilah Revolusi Industri
4.0. Secara teoritis, kebijakan itu mengajak kepada masyarakat secara
luas untuk mampu bersaing dan bersinergi dalam ajang dunia yang mengglobal. Hal
ini menjadi isu yang harus dibincangkan. Sedemikian itu, sememangnya kita harus
waspada dan bijak dalam menyikapi era revolusi ini.
Revolusi industri gelombang keempat, atau lebih dikenal sebagai revolusi 4.0, dipahami
sebagai era dimana banyak aspek kehidupan manusia digantikan oleh unsur-unsur
yang sarat akan digitalisasi, mekanisasi, serta otomatisasi. Berlangsungnya era
revolusi 4.0 ini ditandai dengan adanya keseragaman dalam penggunaan media
digital serta menjamurnya penggunaan tenaga kerja mesin tanpa dibatasi ruang
dan waktu.
Cara produksi yang lebih
berorientasi pada hal-hal yang serba otomatis ini bersamaan dengan paradigma
manusia yang juga ikut berubah seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. Seperti dalam istilah “dunia dalam genggaman”, teknologi yang
semakin masif ini akan menghubungkan jutaan manusia melalui jaringan internet,
sehingga peningkatan efektivitas serta efisiensi kerja manusia akan lebih mudah
untuk diwujudkan.
Aku, adalah salah satu
dampak yang akan mengenyam proses globalisasi. Saat ini aku sedang menyandang
gelar sebagai mahasantri. Posisi ini yang mendicancy dilema. Dilema dengan
adanya kebijakan publik yang mengajak untuk mampu bersaing dan bersinergi dalam
ajang dunia yang mengglobal ini.
Paradigma kehidupan, yang
menuntutku dengan segala kecaman. Aku berdiri sendiri di sini. Dengan
puing-puing sendi dan merangkak penuh arti. Menjadi seorang mahasantri tidaklah
mudah. Aku dituntut kritis dan kreatif. sebagai seorang mahasantri,
aktivitasku tidak hanya belajar. Melainkan aku aktif dan berkecimpung di dunia
organisasi pesantren. Mulai dari bersosialisali dengan sesama yang menuntut
untuk peduli dengan sesama juga.
Bagiku, bersaing dan
bersinergi terhadap perkembangan teknologi yang semakin maju itu tergantung
pada lingkungan sekitar. Seperti yang saat ini aku hadapi, aku hidup pada dunia
pesantren, yang dimana didunia pesantren terbatas dengan akses terknologi yang
masif.namun, ada saja yang menuntut sesama warga pesantren untuk bersaing dan
berkesinambungan terhadap lingkungan luar. Namun itu juga tergantung kebijakan
diri sendiri, bagaimana kita memilah memilih mana yang baik dan mana yang buruk
untuk kita.
Bukankan, karakteristik seorang mahasantri adalah memiliki
jiwa leadership, intellegence, soft skill, loyality, kompetitif,
komitmen, toleransi, dan attitude baik?
Maka
dari itu, diriku yang sesungguhnya adalah diriku yang akan bersaing dalam era revolusi.
Sebagaimana dikatakan oleh pakar kesehatan bahwa sebelum kita menjadi manusia
kita sudah bersaing. Persatuan sperma antara Ayah dan Ibu kita dengan
persaingan jutaan sperma hanya satu yang berhasil menjadi janin, dan itulah
diri kita.
Kaitannya dengan hal itu,
kita sudah selazimnya mengikuti persaingan yang memang harus kita hadapi. Adapun
alternatif atau upaya yang lakukan dalam
menghadapi era revolusi industri ini adalah:
1.
Meningatkan efeksivitas pembelajaran
2.
Perbanyak membaca buku
3.
Tidak gaptek
4.
Belajar berfikir kritis dan kreatif
5.
Mengembangkan keproduktifan sesuai skill
Masing-masing
poin dapat dijabarkan sebagai berikut:
Berbicara mengenai
efektifitas pembelajaran , upaya untuk dapat mewujudkan hal tersebut, salah
satu yang perlu dilakukan oleh setiap guru
adalah membangun motivasi belajar para siswa. Motivasi belajar siswa yang
tinggi akan merangsang siswa untuk mengembangkan potensinya dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Dalam membangun motivasi siswa, Sukadi (2006:37)
mengungkapkan, “Motivasi siswa tidak muncul begitu saja, tetapi harus
dibangkitkan atau dibangun”. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya dalam
membangun motivasi belajar siswa untuk mencapai efektivitas pembelajaran.
Agar motivasi belajar siswa terbangun, Sukadi
(2006:44) mengungkapan ada beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya:
a). Memberikan pujian dan
penghargaan terhadap mereka sekecil apapun.
b). Memperhatikan dan
menanggapi gagasan, pikiran, pertanyaan, dan pendapat siswa dengan tulus.
c). Mengenali nama-nama
siswa dan kelebihan mereka untuk tujuan pembelajaran.
d). Mau mengerti dan
memahami kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.
e). Menghargai hasil
pekerjaan siswa.
f). Tidak menghina,
menghardik, atau mencela siswa di depan umum (teman-temannya).
g). Meluruskan siswa yang
melakukan perlanggaran etika atau norma dengan cara-cara yang manusiawi
(humanistik).
h). Berkata dan bersikap
sopan, ramah, dan penuh kasih sayang kepada siswa.
i). Tempatkan siswa sebagai
“orang penting”. Dengan cara ini kita akan melayani siswa secara optimal.
j). Berlaku adil dalam
perlakuan, penilaian, dan sikap terhadap siswa.
Apabila guru dapat membangun
motivasi belajar siswa dengan baik dan berkelanjutan, maka secara perlahan tapi
pasti, efektivitas pembelajaran di dalam kelas dapat diwujudkan sehingga dapat
menunjang hasil pembelajaran yang maksimal.
Jika para guru sudah
membangun motivasi untuk kita, berarti kita sebagai santri juga harus memberikan
feedback. Adapun beberapa contoh upaya yang dapat kita lakukan adalah sebagai
berikut:
a). Menghargai guru dalam
hal apapun. Baik ketika guru sedang menerangkan atau pun yang lainya.
b). Menumbuhkan jiwa kompetisi
c). Membuat target dan tujuan belajar. Dalam membuat
tujuan/ target (tantangan) dalam kegiatan
pembelajaran, Sukadi (2006:40) mengungkapkan ada 5 kriteria target yang harus
dirumuskan, diantaranya:
a).
Realistis yakni tujuan itu dapat tercapai
(tidak terlalu sulit dicapai).
b).
Menantang yakni dapat membangkitkan semangat untuk mencapainya dan melahirkan
rasa puas bila
mampu mencapainya.
c).
Berbatas waktu yakni waktunya dibatasi dalam kurun waktu tertentu.
d).
Spesifik yakni bersifat khusus dan jelas sehingga dapat dimengerti.
e).
Terukur yakni dapat terukur bilamana tujuan telah tercapai.
Penjelasan di atas adalah segala aspek yang aku butuhkan. Untuk memenuhi
hal tersebut, beban yang kupikul sangatlah berat. Aku mulai beraktivitas
lebih padat dari biasanya. Aku mulai memahami makna demi makna, kata demi kata
untuk menjadi rangkaian paragraf yang utuh dan tertata.
Kesemua itu aku dapatkan
semenjak aku mulai berkecimpung dalam dunia pesantren. Mimpi terbesarku
adalah aku mampu membangun negeriku yang aman, damai, sentosa, adil dan makmur.
Hal kecil yang bisa kulakukan adalah, dengan salah satu langkah yakni aku harus
mengenyam pendidikan berkelanjutan.
Ketika wawasan dan ilmu yang
aku punya sudah maksimal, maka aku akan berbagi pengetahuan tersebut kepada
sanak saudara, rakyat kecil dan menengah, serta lingkungan yang sangat
membutuhkan asupan ilmu pengetahuan. harapanku di masa depan aku menjadi publik
figur di lingkungan masyarakat.
Untuk terus membangun
komunitas dan sosialisasi dalam pengembangan spiritualitas, dan kemasyarakatan.
Hal ini dapat aku lakukan dengan menjadi Ibu pejabat, misalnya. Karena
pada hakikatnya, seorang pemimpin yang didampingi oleh wanita sosialis,
cenderung dapat memajukan visi dan misi yang diembannya. Untuk itu,
kontribusi utamaku dimasa mendatang adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
Sedemikan itu yang dipaparkan adalah sebagaimana
pengharapan di posisi yang akan datang.
Demi menunjang segala pencapaian,
teruslah berupaya dengan melakukan kegiatan positif yang dapat mendukung
progres ke depan.
Penulis
adalah: Literasi Mahasantri

Komentar