Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2025

PERCAYA DIRI DIMULAI DARI DIRI SENDIRI

Gambar
 Percaya Diri Dimulai dari Diri Sendiri Oleh : Himmatun Nadzifah (semester V) Apakah kamu pernah merasa gugup saat harus bicara di depan kelas? Atau mungkin merasa minder saat harus berkenalan dengan orang baru? Jika iya, tenang—kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami hal serupa. Namun, kabar baiknya adalah rasa tidak percaya diri bukan sesuatu yang permanen. Kita bisa melatih dan menumbuhkannya, dimulai dari satu hal penting: diri sendiri. Percaya diri bukan sekadar soal berani tampil, tapi juga tentang bagaimana kita memandang diri sendiri secara positif dan berani menghadapi tantangan. Orang-orang sukses di luar sana bukan berarti tak pernah ragu, mereka hanya tahu cara mengelola rasa takut itu dan percaya bahwa mereka mampu. Maka dari itu, yuk mulai tumbuhkan kepercayaan diri dengan langkah-langkah sederhana berikut: 1. Kenali Diri Sendiri Lebih Dalam Langkah pertama untuk percaya diri adalah dengan mengenal siapa diri kita. Coba tanyakan pada dirimu: Apa ...

BERDOSA TANPA SIKSA : SIAPA MEREKA?

Gambar
Berdosa Tanpa Siksa: Siapa Mereka? Oleh: Afandi (Semester VII) Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk tujuan yang mulia, yakni beribadah kepada-Nya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 56: وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” Namun demikian, dalam kehidupan dunia ini, segala amal baik maupun buruk manusia tidak akan lepas dari pengawasan Allah, sebagaimana dalam Surah Az-Zalzalah ayat 7–8: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya.” Meski demikian, dalam fikih Islam terdapat pengecualian terhadap individu tertentu yang tidak dibebani tanggung jawab hukum (taklif) meskipun ia melakukan pe...

EKSISTENSI SANTRI SEBAGAI PENCERMINAN MORAL NABI

Gambar
Eksistensi Santri sebagai Pencerminan Moral Nabi oleh : Khoirudin (Semester V) Santri merupakan individu yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan Islam, yaitu pondok pesantren. Dalam lingkungan ini, moralitas sangat dijunjung tinggi, di samping penekanan pada penguasaan ilmu pengetahuan. Perpaduan antara keduanya mencerminkan nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW sangat menekankan pentingnya moral dalam kehidupan umatnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: " إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ " "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak." Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi diutus oleh Allah SWT dengan misi utama untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Hal ini ditegaskan pula dalam Al-Qur’an, surat Al-Ahzab ayat 21: " لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ ..." "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik...